04 Desember 2006

= Kuntilanak berbulu ketek lebat

4 Desember 2006


Aduuh..sial banget deh pokoknya. Hari minggu kemaren aku dan teman seband ku Dimas, mengalami nasib sial walafiat. Ceritanya gini niih..

Pada hari minggu yang lalu, 3 des 06, aku (17 thn) dan rekanku Dimas (17 thn juga) melakukan tindakan yang saaaangat bego. Aku dan Dimas kan sekarang resmi jadi JoJoBa (jomblo-jomblo baukentut), jadi aku dan Dimas melakukan perjalanan suci ke arah Barat, untuk mencari seorang gadis sakti yang secara tidak sengaja kenalan sama Dimas gara-gara (katanya) salah mencet nomer hape.

Oleh karena daripadanya yang mananya penyebabnya itu, aku dan Dimas dengan nafsu membara dan kaki terkangkang langsung cabut menuju ke daerah simpang limun (tempat gadis tadi berdomisili). Bermodalkan alamat yang diberikan oleh gadis yang kita sebut saja gadis hape itu, aku dan Dimas berpacu dalam melodi mengendarai sepeda motor menuju kesana.

Dan dalam perjalanan kami menuju kerumah cewek hape tersebut, kami mengalami kesialan yang bertubi-tubi silit berganti..

- Kesialan pertama

Waktu kami nyampe disebuah persimpangan. Kami bingung mau belok kearah mana. Lalu dengan berpedoman pada semboyan malu bertanya sesat dikamar, kamipun bertanya pada seorang abang-abang yang berada di pinggir jalan. Dari tampangnya kelihatannya dia seorang teroris yang budek karena kena letusan bom molotop.

Aku : Bang, numpang Tanya yaa.

Si Abang : Numpang apa?

Aku : NUMPANG TANYA BANG!

Si Abang : Oalaaah, bilang dong dari tadi.

Mau nanya apa ya dek?

Aku : Jalan Panglima Denai dimana ya

bang?

Si Abang : Kesana tuh, baru abis itu teruus

aja. (nunjuk ke arah kiri dengan

wajah tak berdosa)

Aku : Ya udah, makasih ya bang.

Si Abang : Alah, gausah dikasih apa-apa lah.

Aku : manyun (siapa yang mau ngasih?)

Dan setelah berjumpa dengan abang-abang yang budek bin bego tadi, dan ternyata abang tadi selain bego juga sialan. Gara-gara petunjuk yang salah dari abang-abang tadi, kami nyasar kedaerah antah berantah yang kami pun gak tau apa namanya. Muter-muter dua jam dibawah sinar matahari, membuat kulitku yang putih mulus jadi hitam. Walaupun sebelumnya memang hitam.

- Kesialan kedua

Karena nyasar keujung kulon, aku nyaranin Dimas untuk menelepon si gadis hape yang belakangan aku baru tau bahwa namanya Aini (dari namanya cakep nih). Akhirnya kami pun singgah di sebuah wartel KURANG AJAR. Wartel kurang ajar itu masang tarif gede banget. Baru nelpon semenit udah mahal banget bayarnya, diplorotin gue. Untung aja bukan aku yang bayar, tapi si Dimas. Apalagi wartelnya bau kentut kuda, mungkin tadi ada kuda yang nelpon istrinya.

Tapi dengan begitu, sepertinya aku jadi semakin yakin kalo si Aini tuh cantik. Karena suaranya yang kudengar dari telepon tadi aluus banget. Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan menuju rumah Aini.

-Kesialan ketiga

Naaaah, ini nih yang paling sial daripada semuanya. Jadi setelah aku dan Dimas melewati seratus sembilan puluh sembilan rintangan yang menghadang di perjalanan tadi, akhirnya kamipun tiba di rumah si Aini. Karena pengorbanan yang begitu besarnya untuk mencapai rumah Aini, kami berharap banyak agar si Aini memilki wajah yang cantik dan seksi, serta Aini mau menjamu kami dirumahnya.

Melalui telepon, kami disuruh Aini untuk menunggu didepan gang rumahnya. Dan tunggu punya tunggu, si Aini akhirnya datang juga. Waktu cewek yang bernama Aini itu keluar dari kuburnya (nama lain dari rumah), aku dan dimas kaget bukan main. BUJUG BUSYEEETT… ni orang apa kadal aer. Maap-maap aja ya, tapi muka si Aini itu ancur banget. Mungkin kalo dibandingin sama tikus kelindes bemo, lebih cantik lagi bemonya daripada Aini.

Aku dan dimas gak tau mau berkata apa, akhirnya kamipun kenalan dengan Aini. Waktu Dimas salaman sama Aini, aku dari samping ngeliat, MASAOLOOH tuh bulu ketek lebat amat. Si Aini yang memakai tank top kelihatan bulu keteknya. Hal itu membuat aku semakin merinding. Apalagi rambutnya yang panjang kayak kuntilanak, hiiiiii.

Aku hanya bisa bengong dengan bokong yang menganga. Selanjutnya, dengan sedikit basa-basi, aku dan Dimas pun punya alasan untuk dapat pergi dari tempat yang terkutuk itu serta meninggalkan kuntilanak berbulu ketek lebat tersebut. Sebelum cabut aku teriak, TIDAAAAAK. Diiringi dengan ketawa ngakak si Dimas, HAHAHAHAHAHOHOK…OHOK.. (Dimas ketelen lalat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sip-sip