26 Februari 2006

= My Family


Aku punya keluarga besar yang dimulai dari nabi Adam dan Hawa. Tapi karena silsilahnya kejauhan, jadi lebih baik aku ceritakan dari kakek dan nenek dari ibuku di jaman batu aja ya.

Kakekku yang bernama Chairuddin Abny dan Nenekku yang bernama Rosdiana lahir di Sumatera Barat, dan ntah gimana ceritanya mereka terdampar di Medan kota tercinta dan melahirkan 7 orang anak yang lucu-lucu dan amit-amit disebuah gua (zaman sekarang disebut rumah). Anak pertamanya adalah seorang wanita cantik, baik dan sederhana tapi hanya fatamorgana yang diberi nama Linda Emilia. Dan dari dialah asal mula legenda lutung ATTArung.

Setelah dewasa, ibuku (Linda Emelia) menikah dengan ayahku yang bernama Suwargo. Lalu pada suatu hari di bulan maret tahun 1989. Dengan segenap tenaga dan setelah menahan kentut selama 9 bulan sampai perutnya buncit, akhirnya ibuku berhasil melahirkan bayi laki-laki yang lucu, manis, brewok dan belum pakai celana, yang diberi nama lengkap Faradhian Swandana (itulah aku). Dan anak yang belakangan memiliki nama panggilan Atta itulah yang nantinya akan membawa kedamaian di dunia persilatan (dikutip dari cerita Wong Fesong)

Setelah sekitar dua tahun berlalu, dan aku sudah menguasai jurus tendangan tanpa selangkangan dari my master. Tiba-tiba ibuku melahirkan lagi seorang anak perempuan yang manis (dilihat dari jauh), yang diberi nama Faradhika Arwindy yang biasa kupanggil windot. Adikku yang sering nongkrong didepan tipi (televisi) ini pandai matematika, sehingga dia sering ditugaskan menghitung jumlah uban yang tumbuh dikepala nenekku setiap malam jumat kliwon. Adikku suka makan permen, maka dari itu kakekku suka membelikannya permen rasa softek.

Aku punya kucing betina yang kunamai Mimi. Dulu si Mimi didapat dengan paksa setelah ibu dan adikku menculiknya dari orang tua kandungnya sewaktu si Mimi kecil. Gini kronologisnya, waktu si Mimi kecil dan ibunya Tukinem (nama samaran) masuk kerumah kami, ibuku mengusir ibunya Mimi dan menyandera si Mimi. Rencananya mau minta tebusan sama ibunya Mimi, tapi ibuku gak bisa bahasa kucing sih, jadi akhirnya si Mimi kami pelihara aja. Kebetulan si Mimi bulunya putih bersih, cantik deh pokoknya.

Awalnya si Mimi selalu murung karena rindu sama ibunya, tapi akhirnya setelah 2 minggu si Mimi malah keenakan dipelihara sama kami. Malah dia udah lupa sama ibunya karena terlena dengan kasih sayang yang kami berikan. Waktu dia ketemu ibunya beberapa bulan kemudian, dia malah menggeram dan mengusir ibunya. Lalu dengan sedih ibunya pergi meninggalkan si Mimi. Yaaah, untung aja si Mimi gak dikutuk jadi tukang becak kayak cerita si Maling Kolor.

Sekarang si Mimi udah punya anak wanita yang kami beri nama Poni, itu karena si Poni bulunya hitam putih dan dikepalanya kayak ada poninya gitu. Namun malangnya si Poni, dia lahir di keluarga yang broken home. Saat Poni lahir, bapaknya udah meninggalkan dia. Belakangan, aku pergoki bapaknya ternyata punya selingkuhan, si Stephanie ayam tetangga. Ckckck. Mimi dan Poni tuh manja banget, mereka kalo tidur maunya di SpringBed atau minimal di sofa (lha aku aja tidur di tikar).

Untuk menghidupi kucing-kucing itu, aku selalu memberi mereka makan ikan rebus plus nasi tiap bulan purnama biar mereka gemuk. Kadang-kadang aku tambahin juga buah-buahan dan batu-batuan biar makanannya berrgizi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sip-sip