03 September 2006

= Camping

-3 September 2006


Aku kan baru pulang camping dari bumi perkemahan sibolangit neeh, jadi aku lagi capek banget neeh. Dari tangan, kaki, leher, alis mata, sampai duburku pun pegal-pegal semua. Disana, aku bersama dengan anak-anak PMR (Palang Merah Remaja) mengadakan Pendidikan Kepalangmerahan atau dalam kamus besar bahasa batak biasa disingkat PDK. Kami anak kelas 3 (angkatan 12) dan anak kelas 2 (angkatan 13), menseleksi anak-anak kelas 1 yang ingin menjadi anggota PMR.

Dengan bermodalkan kemauan dan tekad yang gigih, para calon anggota mengikuti setiap kegiatan kepalangmerahan dengan senyum riang (setelah dipaksa). Karena ini acara PDK terakhir, jadi ini adalah ajang untuk mengetest mental para anak kelas satu yang mau menjadi anggota PMR. Maka dari itu, dengan bermodal bulu idung yang semriwing. Aku ikut menjadi salah seorang yang tugasnya marah-marah (oorang gilaak).

Walaupun aku kurang enak badan dan agak sedikit flu bulu, aku tetap melaksanakan tugasku dengan segenap jiwa raga hingga tetek darah penghabisan. Dan perlu diketahui, cara mengetes mental bukan harus memakai kekerasan fisik, pisau ataupun kutang. Tetapi lebih kepada bagaimana cara membuat para calon anggota menyelesaikan suatu masalah dalam suatu tekanan. Dan pada saat seperti itulah kita bisa melihat orang-orang yang dapat atau tidak dapat menyelesaikan masalah dengan tenang walaupun berada dalam tekanan (cieee, puitis banget).

Disibolangit nan indah ini, aku dan anak-anak PMR sangat sibuk plus senang banget. Kami mandi-mandi di sungai yang ada air terjunnya. Asik banget deh, apalagi waktu itu aku loncat dari atas air terjun ke bawah. Wuiiiih seru abis deh, sampai kolor pun melorot.

Selain untuk mengadakan PDK, camping disibolangit juga menjadi sarana bagiku untuk menenangkan diri dari penatnya kegiatan-kegiatan dan rutinitasku disekolah. Aku dan teman satu angkatanku (Erti, Esti, Dika, Ilham, Hery, Isti n Chandra) bersenda gurau sambil menikmati mie kuah & teh manis hangat di sela-sela dinginnya malam disibolangit.

Udara disini dingin banget, lidahku aja sampai menggigil karena kedinginan. Apalagi Chandra yang memiliki badan seperti papan selancar itu, dia tak mampu menahan dinginnya udara pegunungan sibolangit, “Aduh dinginnya sampai ketulang.” kata Chandra menyesali badannya yang kurus tinggal tulang. Sedangkan Hery yang memiliki julukan badak itu selalu stay cool, karena dia memiliki ketebalan kulit diatas manusia normal.

Pada pukul 20.00 WIB kami mengadakan acara api unggun yang lumayaaaaaaaaan ancur banget. Sebelumnya aku gak tau kalo mau ngadain acara api unggun, jadi pas abis sholat maghrib, aku iseng aja ngencingin tumpukan kayu didekat tendaku. Eeeeeh ternyata itu adalah kayu yang akan dipakai untuk api unggun.

Masaolooh, tanpa memandang hak azasi hantusia dan tanpa berdosa aku pura-pura gak tau aja. Walhasil, kayu api unggunnya jadi gak bisa idup plus bau pesing. Untung aja sebelumnya ada hujan gerimis aje, ikan teri diasinin, jadi aku punya alibi bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa (apa coba?), aku bilang aja kayunya gak bisa idup karena basah kena ujan. Hehewhewhew…

Oh iya, adikku si windot juga ikut nyalonin diri jadi anggota PMR loh. So…. Dengan penuh sukacita aku marah-marahin dia di sibolangit, soalnya dia tuh dirumah very very manja banget. Tapi gak sampai dimutilasi kok.

Pada pukul 24.30 WIB, kami mengadakan jurit malam. Yaitu suatu acara yang diadakan pada malam hari (yaiyalah, namanya juga jurit malam), dan disana kami membentuk beberapa pos-pos yang setiap pos diisi oleh senior (panitia). Lalu setiap calon anggota wajib melewati satu persatu pos tersebut, dan menjawab pertanyaan atau perintah yang diberikan oleh seniornya agar dapat melanjutkan ke pos yang lain. Dan barang siapa yang gak bisa mejawab pertanyaan yang diberikan oleh senior, akan diberi hukuman (bukan hukugirl).

Namun sayang disayang sipatokaan, aku gak bisa ngikutin acara ini sampai selesai. Karena mataku ini udah ngantuuuuk banget, jadi jam 03.00 dini hari aku tidur duluan. Dan akhirnya aku terbangun pada pukul 07.00 WIB, dan ternyata jurit malamnya belum selesai juga. Yaelaaah, ini jurit malam kok sampai pagi. Harusnya diganti nih jadi jurit magi (malam dan pagi).

Pada pukul 09.00 aku beserta kru-kru yang bertugas menuju ke sungai (DAM) untuk MCK (Mandi Cuci Kurap). Disana aku mandi-mandi untuk bersihin daki yang udah setumpuk dan berbau tak sedap. Dan tak kusangka kulihat bajuku pun udah gadel banget, berdebu, berlumpur, berasap, berapi, bertelor, dekil banget deh.

Dan akhirnya, setelah mandi, aku diminta untuk memberi pidato singkat untuk calon anggota PMR. Beginilah kira-kira isinya:

“Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua. Dalam kesempatan yang berbahagia ini, tidak lupa saya ucapkan selamat sore. Dan juga selamat kepada adik-adik yang telah berhasil mengikuti acara PDK ini sampai selesai. Adapun beberapa hal yang ingin kakak sampaikan adalah sebagai berikut. Yang pertama, ketuhanan yang maha esa. Yang kedua, adik-adik yang punya muka jelek jangan putus asa. Dan jangan lupa minum air sehabis makan, OK. J” Itulah pidatoku yang singkat, padat dan tak berguna.

Akhirnya setelah mendengarkan pidatoku yang tahapapa itu, kami bersiap-siap untuk pulang ke Medan dan menuju sarang masing-masing dengan menaiki bus Sinabung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sip-sip