20 Oktober 2006

= Matinya sang Anak Kucing

20 Oktober 2006


Huhuhuuhu… sediih sedih sediiih. Sedih banget deh pokoknya. Anak si Poni yang masih kecil, meninggal didepan mataku sendiri.

Begini nih ceritanyaaaaaa…aachiemm. Pada suatu hari di bulan ramadhan, tepatnya pada malam hari sehabis shalat maghrib. Sekitar pukul 19.00 WIB, lewat dikit laah. Medan, 20 Oktober 2006, telah terjadi peristiwa yang sangat mengharukan bagiku. Si belang ,6 bulan, anak dari Poni binti Mimi (dua-duanya kucingku), meninggal dengan tragis setelah sekarat beberapa menit.

Berdasarkan olah TKP, letkol polisi bagian kriminologi perkucingan, Drs. Atta, mengatakan tidak ada bekas perkosaan pada tubuh korban. Aku, Atta boru sitampan sebagai saksi menceritakan, “ketika seperti biasa aku hendak memberi makan kucingku di samping rumah, aku tiba-tiba kaget melihat kucingku tergeletak tak berdaya di dekat pintu rumah dengan posisi kaki terkangkang dan mulut yang berlumuran darah.

Kreeek…… (suara pintu)

Aku : Haah, kucingku kamu kenapaaa?

Kucingku : hiixkz hiiks hixs… (sesak napas)

Aku : Aduuh kok bisa gini, siapa sih

pelakunya? ( melihat sekeliling)

Kucingku : hiiikss… (masih sesak napas)

Aku : Jawab dooong, jangan diam ajaa!

(sambil mengguncang tubuh

kucingku)

Kucingku : Huaaahhprot… (menghembuskan

nafas dan kentut terakhirnya)

Aku : Tidaaaaaaaaaaakkk!!!

Lalu pada saat itu juga, Joko (nama samaran), kucing liar jantan berwarna hitam yang sering mencuri ikan didapurku, terlihat berlari meninggalkan TKP.

Begitulah kira-kira kronologis peristiwa meninggalnya kucingku. Setelah memastikan bahwa kucingku telah tiada, tanpa pikir panjang, kejadian itu segera kulaporkan pada seluruh umat manusia yang ada dirumahku. Dengan penuh duka cita, keluargaku melampiaskan kesedihannya dengan menonton tipi (dasar). Paling-paling hanya ibuku yang mau ngeliat, trus bilang “kasihan kali yaaa, iih jorok kali. Udah lah, atta kubur aja langsung, bauk pulak nantik!”. Yaaaah ujung-ujungnya gak enak.

Lalu dengan berat telor aku merelakan kepergian kucingku dan membawanya ke kebun sebelah rumah untuk disemayamkan di tempat peristirahatan terakhirnya. Aku menggali tanah secukupnya lalu mengambil jasad kucingku dan meletakkannya diliang lahat. Tapi tiba-tiba, kucingku yang telah mati menarik nafas panjang sambil melotot melihat kearahku.

HAAAhHH!!! Dengan dada yang bergoyang aku langsung kaget bin panik dan berlari menuju kedalam WC meninggalkan kucingku. Jantungku serasa berdisko, mukaku pun pucat mengalami peristiwa mistis itu, seram banget, kayak di pilem horror gitu. Ada mayat idup.

Tetapi daya nalar dan IQ ku yang tadinya jongkok langsung bekerja. Mungkin aja dia mati suri, pikirku. Dengan segenap keberanian yang kukumpulkan dipantat, aku memberanikan diri melihat kucingku. Lalu, apa yang terjadiiiii? Ternyata gak ada alien yang keluar dari mulut kucingku, dan kucingku tetap mati. Aku berfikir, mungkin tadi kucingku mau ngasih pesan terakhir sama aku sebelum ia pergi bertemu yang maha rakus (belatung). ‘‘Bang Atta, jangan lupa cebok ya kalo abis berak’’, mungkin begitulah pesan terakhir yang akan disampaikannya.

Dan akhirnya aku mengubur kucingku dengan penuh rasa duka cita dan jijik (aku kepegang tahi kucingku). Maka dari itu berkuranglah jumlah kucing dirumahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sip-sip