20 September 2006

= Gigi yang Hilang

September 2006


Hari kamis kemaren aku dan teman-temanku (Amri, The Cat, Adit, Nius, Fauzi, & Rahmad) pergi berenang ke kolam Citra. Dengan semangat pejuang 45 aku dan teman-teman menggeber motor menuju Kolam Renang. Tanpa menghiraukan janji kami sebelumnya dengan Mega dan Silvia untuk melakukan kunjungan kerja kelompok pelajaran PPKn ke PRSU (Pekan Raya Sumatera Utara).

Aku yang dibonceng Adit bercanda ria bersama yang lainnya dalam perjalan menuju kolam renang. Karena pada saat itu aku lagi flu, aku terpaksa membuang ingusku yang udah memenuhi lubang idung dan anusku. Waktu aku buang ingus dijalan, ehh gak taunya ingusku kena bapak-bapak yang naik sepeda motor dibelakang kami. Spontan aja aku kaget dan langsung ngebut mencari tempat persembunyian. Akhirnya kami singgah dirumah Fauzi yang sekalian ngambil celana renang. Lalu setelah kami merasa keadaan sudah aman, kami melanjutkan lagi perjalanan menuju kolam renang. Tapi sayangnya cuaca mulai tidak bersahabat.

Hujan deras tanpa basa-basi mengguyur kami dengan biadabnya. Bahkan si belut laut yang ada di celana dalamku pun jadi kedinginan. Mungkin bapak-bapak yang kena ingusku tadi adalah pawang hujan, jadi dia nyumpahin kami biar kena hujan deras. Tapi gapapa, untung aja gak kena ingus deras, hahahha.

Alhasil kami pun basah kuyub bukan kepalang wak aji makan belalang. Namun karena terlanjur basah ya sudah mandi sekali, lain ladang lain petaninya (gak nyambung). Karena jarak kolam renang yang tinggal 50 meter, dan kami juga udah basah kuyub. Jadi gak afdol dong kalo gak melanjutkan perjuangan mencari kitab suci dan berenang di kolam citra. Jadi kami melanjutkan perjalanan dan menembus hujan badai yang menghadang di depan kami. Setelah sampai di kolam, tanpa memandang rasa prikemanusiaan yang adil dan beradab, kamipun langsung nyebur ke kolam yang basah (kalo kering namanya gurun). Tapi si rahmad gak ikut berenang dengan alasan yang tak mau dia sebutkan, yaaah mungkin kutilnya gak boleh kena air kali.

Karena cuacanya sedang hujan, jadi gak banyak orang yang berenang di kolam itu. Kamipun dengan sukacita bermain sesuka hati dan beraksi di kolam yang seolah-olah kami anggap punya bapak kami. Ada yang jungkir balik, nungging-nungging, lha aku malah break dance dipinggir kolam. Trus pada waktu kami sedang asik-asiknya main air, tiba-tiba si Adit teriak..

Adit : Wooiiii tolong wooiii…!!

Cat n Ozi : Kenapa tuh si Adit !? (cemas)

Aku : KENAPA dit, ada ikan duyung ?

Adit : Tolong bantuin aku nyari dong.!

Cat : Nyari apaan dit ? (penasaran)

Adit : Nyari gigiku..!

Aku n Cat : Haaaaaaaaah !!” (kaget dong)

Adit : Iya, gigi palsuku jatuh waktu aku

berenang disini, bantuin lah

wooi..! (sambil memamerkan

gigi depannya yang ompong)

The Cat : Yaaaah, ada-ada aja lah kau Dit,

Yang lain : HAHAHAHAHAHAAA!!!

Dasar, ada-ada aja tuh si Adit. Terpaksa deh kami bahu-membahu membantu Adit menemukan gigi palsunya bagian depan yang jatuh di kolam. Huuhh, niatnya mau berenang malah ajang cari gigi…weleh weleeeh.

Dan akhirnya si The cat berhasil menemukan gigi palsu Adit yang hilang. Dia tak sengaja menginjaknya di dekat kolam kedalaman 1m. Untung aja ketemu, kan gak lucu kalo abis pulang berenang si Adit jadi kayak drakula ompong. Ntar nyokapnya marah-marah pulak, “Dasar kamu dit, kan mama udah bilang, kalo berenang tuh pake tangan bukan pake gigi!” (sekedar ilustrasi).

Trus, sehabis puas berenang. Walaupun hari telah senja malam hari pun tiba, serta dalam keadaan basah kuyub. Dengan bodohnya kami memutuskan untuk menyempatkan diri pergi ke PRSU dan berharap masih sempat bertemu dengan Mega dan Silvia, karena kami sudah membuat janji bertemu disana tadi siang. Dengan bermodalkan uang pas-pasan dan bokong yang keriput karena kedinginan, kami tetap memacu sepeda motor kami dengan penuh semangat.

Akhirnya habis maghrib kami tiba di PRSU. Walaupun uang hanya pas-pasan untuk beli tiket masuk, kami tetap pede masuk ke PRSU dengan lagak parlente. Namun karena kelamaan berenang di kolam renang tadi, perut kami jadi lapar. Lalu dengan segenap kekuatan dan tahi gigi yang tersisa, kami hanya bisa membeli sepiring nasi goreng. Dengan biadabnya kami menggagahi nasi goreng yang hanya semata wayang tersebut dengan membabi buta. Sudah pastilah gak kenyang. Walaupun diliatin sama ibu-ibu dan ditertawai sama mbak-mbak SPG, kami tetap tidak perduli. “Yaiyalah, laper kali coy… mana pulak awak peduli lagi sama orang lain, ya nggak.” Adit menambahkan. Iya juga yaa, yaudahlah hajar teruus..

Setelah puas melampiaskan hawa nafsu bejat tak bermoral kami kepada sepiring nasi goreng, kami memutuskan mencari Mega dan Silvia. Semua orang yang kami jumpai, kami tanyain. Dari tukang sapu, tukang es, tukang copet, semua kami tanyain tentang dimana keberadaan Mega n Silvia. Yaah, namanya juga para jejaka gokil berpantat kisut lagi berkumpul, gak asik dong kalo gak nyari cewek.

Akhirnya tujuan mencari Mega dan Silvia kami nomor duakan. Dengan mengandalkan fauzi yang mantan koperboy, kami mendekati awewek yang ada di seantero PRSU. Awalnya modusnya nanyain dimana si Mega & Silvia, eeeeh ujung-ujungnya minta kenalan.

Berkat pengalamannya jadi gigolo di panti jompo, si Adit dapat kenalan cewek duluan. Lalu tanpa mau kalah, Fauzi pun berusaha mencari kenalan cewek. Dan dengan bakat alami playboy Afrika, Fauzi beraksi dengan senyumnya yang indah dan dipadu dengan gigi taringnya yang sedikit kuning.

Fauzi : Haii, kamu lihat Mega gak ?

Cewek tak dikenal (CTK) : Mega mana yaa?

Gak liat tuh.

Fauzi : Ooh, gak liat yaa. Kalo gitu nama

kamu siapa?

CTK : Susan mas. J (sambil senyum)

Fauzi : Susan apa ?

CTK : Susanto! (nyengir dengan gigi

berantakan)

Alaaaah, ternyata tuh cewek banci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sip-sip