06 Januari 2007

= Cicak bakar

6 Januari 2007


Ada kabar gembira neeh. Mak Ogek alias bang Pipil, membuka toko buku di jalan Sidorukun. Jadi, hari ini bang Pipil membuat acara band untuk merayakan peresmian toko bukunya dengan memakai alat band dari studionya sendiri.

Seperti biasa, aku diminta bang Pipil untuk ikut serta mengisi acara. Bang Pipil juga membuat acara barbeqyu, panggang ikan sepuasnya. Jadi sambil bakar-bakar, ada yang maen band. Aku sama bang Pipil juga buat band, kami membawa lagu rock jadul kegemaran bang Pipil dan anak DMR lainnya. Bang Pipil pada gitar, bang Dabin pada vocal, bang A’an pada bas, aku pada drum, penonton pada pulang.

Dan pada puncaknya, aku dan bandku nampil. Bandku Deaf Evil yang beranggotakan Fery pada gitar, Yuben pada vocal, dimas pada bas dan seperti biasa aku pada drum, nampil pada malam hari sehabis puas menyantap ikan bakar hasil racikan mister Dabin. Seperti biasa, kami membawakan lagu-lagu rock lama seperti Two Minutes to Midnight nya Iron Maiden, Dara Puska, dan lagu-lagu dari God Bless.

Emang asik banget jadi pusat perhatian (cieee). Karena bang Pipil buat panggung dipinggir jalan, jadi banyak orang yang nonton. Jadi kami mainnya tambah semangat. Penonton pun dibuat terpana dengan aksi gitar Fery, nyaringnya vocal Yuben, betotan bas si Dimas dan tentunya permainan drumku (yang ancur).

Sehabis aku dan bandku nampil, aku disuruh bang Dabin buat gantiin dia manggang ikan. Lantas, dengan memandang azas kesetia kawinan, akupun menyanggupi permintaan bang Dabin sambil mendesah kegirangan. Lalu berkat pengalamanku sebulan jadi koki asuhan Sumanto, akupun membuat ikan bakar special buatanku. Dengan menambahkan mentega, garam, merica dan sedikit bubuk mesiu.

Ketika lagi asik-asiknya meracik ikan bakar spesialku, tanpa disangka dan diundang, seekor cicak yang malang jatuh dari atas asbes dan mendarat dengan mulus diatas ikan kakap yang lagi dipanggang. Karena aku paling jijik sama seorang cicak, dengan terpaksa aku membiarkannya merasakan neraka dunia dengan rasa mentega diatas panggangan bang Pipil. Iiih, kasian banget deh ngeliat cicaknya pasrah menyaksikan ajalnya didepan matanya sendiri. Dia menggeliat-geliat kayak burung kepanasan.

Akhirnya rasa prikecicakankupun tergugah. Aku mengolesi cicak dengan mentega biar badannya gak kepanasan. Eeeh ternyata badannya malah lebih cepat matang. KEJAMNYA DUNIA.

Karena ikan bakarnya udah matang, jadi sayang dong kalo dibuang. Jadi aku menyajikan ikan bakar feat cicak di meja dengan saus sambal. Lalu karena takut masuk penjara karena membunuh seekor cicak. Akupun permisi pulang sama bang Pipil untuk melarikan diri dan meninggalkan masakan spesialku diatas meja. Mudah-mudahan aja gadak orang beriman yang makan cicak panggang itu.

Setelah kejadian itu berlalu, konon katanya penduduk sekitar sering mendengar suara cicak menangis kesakitan, disekitar toko buku bang Pipil setiap malam jumat kliwon. Serta mereka sering melihat penampakan cicak tanpa busana melintas di dekat lokasi kejadian. Mungkin aja cicak yang kupanggang itu mati penasaran, dan arwahnya gentayangan. Hiiiiiiiiiiiiiii, serem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sip-sip