06 April 2007

= Ditangkap Polisi

6 April 2007


Woiii, hari ini aku lagi-lagi mengalami nasib na’as. Hari ini kan anak-anak SMAN 3 lagi libur, jadi anak-anak Pinksun dan Donk-donk ciet janjian mau pergi ke Sibolangit dengan mengendarai sepeda motor. Akhirnya kami berkumpul disekolah. Ternyata si Maria, Robeca dan Fauzi mau ikut serta.

Semangat kami yang menggebu-gebu menuntun kami berangkat menuju ke Sibolangit. Mulanya kami melakukan perjalanan dengan santai dan tenang. Sampai akhirnya ketika kami sudah setengah perjalanan, tepatnya di daerah Pancur batu. Kami mendengar gosip bahwa akan ada razia Polisi. Waduh, gimana nih, kami banyak banget yang gak memakai atribut lengkap. Ada yang gak pakai helm, gak bawa STNK, gak pake celana dalam, bahkan BK motor Gilang udah kadaluarsa. Tapi akhirnya kata-kata Gilang yang gilak itu sedikit menenangkan hati kami,

“Udah, gak usah takut kelen. Biar aku pukul aja Polisinya kalo dia nangkap kelen”.

Dan kamipun tidak menghiraukan gosip tersebut dan tetap meluncur dengan tenang menuju ke Sibolangit. Bahkan si The Cat dengan pedenya melepaskan helmnya, dan menyuruhku memegangnya. “Panas kali pakek helm.”, kata The Cat.

Namun dimana ada gula, disitu ada penjualnya. Disebuah tekongan maut, Toni yang membonceng Muji dan berada paling depan, tiba-tiba mendadak mengerem sepeda motornya. Sehingga membuat kami yang berada dibelakangnya juga ikutan ngerem dan bahkan si Maria dan Lanie sampai terjatuh. Suasana menjadi kacau. Dan dengan bodohnya aku turun dari motor The Cat untuk mencari tahu apa yang terjadi, lalu aku melihat kearah Toni. Ternyata di Depan Toni sudah berdiri dua orang Polisi yang sedang melakukan razia. “HAAAAH”, lalu secara spontan akupun bersiap-siap melarikan diri.

Tapi memang keadaan sedang panik banget waktu itu. Waktu aku mau naik lagi ke motor The Cat, eeeh.. si The Cat dengan biadabnya udah kabur duluan meninggalkan aku dibelakang. Aku teriak-teriak manggilin The Cat, tapi mungkin karena gak bawa SIM dan takut ditangkap polisi, dia gak mau balik dan malah melaju semakin kencang meninggalkanku dibelakang dengan muka ketakutan dan pucat. Dan setelah kusadari ternyata teman-temanku yang lain juga sudah pada lari terbirit-birit sampai tercirit karena takut ditangkap Polisi.

Karena tadi sempat terjatuh, Maria dan Lanie gak sempat melarikan diri. Maria dengan brutalnya mencoba bangkit dan melewati pak polisi, namun usahanya sia-sia karena polisi menghadang laju sepeda motornya.

“Eh, eh, mau kemana ko, mau kemana ko HAH..!”, kata pak polisi.

“Iya pak, iya pak, gak kemana-mana,”jawb Maria ketakutan.

Dan motor Maria pun ditahan pak polisi.

Lalu, salah satu polisi mendatangiku. Aku tediam seribu bahasa. Dalam kebingunganku, aku mencoba berfikir apa yang akan dilakukan mbah Marijan bila dia dalam posisiku. Dan akhirnya aku berfikir untuk menyamar jadi penduduk setempat.

“Hei, kamu teman yang naik motor tadi kan!?”, tanya Pak Polisi.

“Bukan Pak, saya penduduk sini.”, jawabku mencoba mengelabui pak Polisi.

“ Jadi yang di tangan kamu itu apa!?”, tanya pak Polisi sambil menunjuk kearah tangan kananku.

“BUSYEEET..”, dasar begooooooo’ banget. Ternyata aku masih memegang helm The Cat. Aku lupa kalo tadi The Cat menyuruhku megangin helmnya. Tapi gak sampai disitu saja, aku masih mencoba berkelit dari pak Polisi.

“Bukan, ini helm adek ini Pak.”, sambil menunjuk kearah Lanie.

Lalu dengan wajah tak berdosa Lanie berkata, “Udahlah ta, nyerah aja napa”.

Alah, emang dasar kentut kucing. Akhirnya aku, Lanie dan Maria ditangkap Polisi dan disuruh Pak Polisi naik kemobil polisi. Kami diancam Pak Polisi mau di bawa kekantornya dan ditahan. Mendengar hal itu, aku hanya bisa terdiam membisu. Sementara Maria dan Lanie udah ketakutan.

Namun ternyata kami tidak dibawa ke kantor polisi. Mobil Polisi yang membawa kami berhenti dipinggir jalan, tidak jauh dari lokasi kejadian. Lalu pak Polisi yang memegang kemudi berkata, “Kalau teman kalian yang tadi gak datang, kalian betul-betul kami tahan”. Mendengar hal itu, si Lanie ketakutan dan dia menangis mengeluarkan air ingus. Akupun jadi sedih melihat si Lanie. Tapi apa daya, aku hanya bisa pasrah sambil memakan jambu klutuk yang diberikan Pak Polisi.

Ahkirnya kamipun dipaksa menghubungi anak-anak Pinksun dan Donk-donk ciet yang lain, dan meminta agar mereka mau datang ke tempat kami agar kami gak ditahan. Awalnya mereka gak ada yang berani datang karena takut kena tangkap juga. Namun akhirnya rasa kesetia kawanan membawa Amri, Gilang, Toni dan Muji datang menemui kami. Sementara yang lainnya kayak tikus diperkosa buaya, ketakutan dan hanya menunggu kami ditempat persembunyiannya saja.

Pertamanya aku berfikir bahwa aku akan dipenjara. Lalu aku berniat menelepon ibuku, dan mengatakan padanya bahwa aku mau pergi merantau dan gak pulang, agar dia gak tau kalau aku dipenjara.

Tidak lama kemudian, Gilang, Amri dan Fauzi tiba, lalu disusul oleh Muji dan Antonius. Merekapun diceramahi pak polisi.

Eeeh.. ternyata setelah Amri dan Gilang ngomong ke Pak Polisi itu. Akhirnya masalah kami diselesaikan ditempat itu juga. Yaitu diselesaikan dengan yang namanya duit. Memang si duit ini paling sakti di dalam dunia persilatan. Urusan dan masalah apapun bisa cepat kelar kalau dihadapkan dengan mbah duit. Lalu kamipun mengeluarkan money sebesar Rp.40000. Dan akhirnya kami dilepaskan sama Pak Polisi,

“Lain kali pakai helm ya dek.”, kata Pak Polisi melengkapi hari sial kami.

Lalu dengan senang hati, kami pun langsung berangkat menemui teman-teman lain yang dari tadi cemas menunggu kami. Sesampainya disana mereka bersyukur karena kami bisa selamat dari polisi tadi. Namun yang membuatku jijik adalah senyum The Cat yang tak berdosa itu. Dia Cuma ketawa-ketiwi setelah melakukan tindakan asusilanya terhadapku.

“Sory lah ta, tadi aku kan gak sengaja… hahaha.”, kata The Cat sambil tertawa.

”Gak sengaja, sempak kau dari seng”, jawabku kesal.

Alhasil, karena trauma atas kejadian yang menimpa kami tadi. Kamipun gak jadi kesibolangit, dan malah balik ke Medan dan nongkrong-nongkrong di Sun Plaza. Emang pengalaman itu paling berharga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sip-sip